Posted by : Unknown
Jumat, 30 November 2012
MODUL
I
MENULIS
DAN PENALARAN
Menulis
adalah bentuk keterampilan dan pengetahuan yang banyak melibatkan kemampuan
siswa. Dalam sebuah tulisan terkandung gagasan penulis untuk disampaikan kepada
orang lain. Ketika akan menyampaikan gagasan, penulis harus mampu mencari
bahasa yang dapat dimengerti oleh orang lain, baik dari sisi urutan kata-kata
maupun bentuk kalimat.
Salah satu label yang diberikan
kepada dunia pendidikan di negara kita bahwa anak-anak Indonesia memiliki
kemampuan rendah dalam menulis. Hal itu dimungkinkan karena kurangnya latihan
menulis. Daud (2003:6) mengungkapkan bahwa pengajaran dan pelatihan menulis
terasa terpinggirkan. Penyebabnya adalah metode
mengajar yang tidak berorientasi pada kemampuan berbahasa yaitu
pengajaran dengan cara menyuruh mengahafal, menekankan gramatika, mengajarkan
teori kebahasaan, dan mencapai target
ujian.
Menulis yang dimaksudkan adalah
dalam bentuk menuangkan ide-ide, bukan menulis dalam arti menyalin buku
pelajaran. Kurangnya kemampuan siswa dalam menulis tidak perlu disikapi dengan
mengatakan bahwa hal itu terjadi karena pelajaran mengarang pada mata pelajaran
bahasa Indoensia ditiadakan.
Ada
ungkapan yang sangat bijak yaitu bisa karena terbiasa. Apapun bentuk yang
semula dianggap sulit, kalau dikerjakan terus menerus akan menjadi hal yang biasa, maka akan menjadi mudah dan
bahkan karena sudah terbiasa akan sulit untuk meninggalkannya. Beberapa cara
yang dapat dilakukan agar siswa terbiasa menulis, yaitu pertama, mengajarkan
kepada siswa bagaimana bentuk-bentuk tulisan yang benar, misalnya bentuk huruf
kapital dan bentuk huruf kecil yang harus dipakai. Dari sejak dini siswa diajak
untuk melakukan hal-hal yang benar. Siswa jangan dibiarkan membuat kesalahan
hanya karena mereka dianggap masih kecil. Perlahan tapi pasti, siswa diajak
untuk mengetahui dan memperbaiki kesalahan. Kedua, memperbanyak kosakata dalam
berbahasa. Hal ini akan memudahkan siswa dalam mengemukakan gagasan, pendapat
ataupun pengetahuannya ke dalam bahasa tulis
karena siswa dituntut untuk dapat merangkai kosakata tersebut menjadi
kalimat yang memiliki makna. Ketiga, membiasakan siswa untuk membuat garis
besar yang akan ditulis. Dengan cara ini,
siswa diharapkan tidak melupakan poin-poin yang harus hadir dalam
tulisannya. Keempat, membiasakan membaca ulang. Respon terhadap tulisan yang
dibaca siswa akan memberikan gambaran pada aspek kognitifnya untuk memahami apa
yang dibacanya. Di sini siswa bertindak sebagai pembaca, sehingga kejanggalan
atau ketidakefektifan makna sebuah tulisan akan dapat dipahaminya dan tentu
saja untuk diubah atau diperbaiki.
Aktivitas menulis merupakan suatu
bentuk manifestasi kemampuan berbahasa yang paling akhir dikuasai pembelajar
bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibandingkan
dengan tiga kemampuan tadi kemampuan menulis paling sulit dikuasai siswa bahkan
oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan (Nurgiantoro, 2001:296). Hal itu
disebabkan kemampuan menulis menghendaki berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang
akan menjadi isi karangan. Baik unsur
bahasa maupun unsur isi harus terjalin dengan baik sehingga menghasilkan
karangan yang runtut dan padu.
Jika dalam berbicara, seseorang
harus menguasai lambang-lambang bunyi, kegiatan menulis menghendaki orang
menguasai lambang-lambang visual dan aturan tata tulis, khususnya menyangkut
masalah ejaan.
Guru
tetap merupakan unsur yang terpenting dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif
untuk belajar. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang maksimal guru
dituntut untuk aktif, kreatif, inovatif, konstuktif, dan menyenangkan. Dengan
melakukan inovasi dalam kegiatan pembelajaran terutama pembelajaran menulis
diharapkan pelajaran bahasa Indonesia menjadi menyenangkan sehingga minat
belajar siswa menjadi tinggi.
Menulis sebagai Proses
Banyak
pendapat yang berkaitan dengan belajar-mengajar menulis atau mengarang, seperti
yang diungkapkan oleh pendekatan formal, pendekatan gramatikal, pendekatan
frekuensi, dan pendekatan koreksi. Pendekatan-pendekatan itu tidak sepenuhnya
salah, tetapi sayangnya tidak menyentuh proses menulisnya itu sendiri.
Sebagai
proses, menulis melibatkan serangkaian kegiatan yang terdiri atas tahap
prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Fase prapenulisan merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan sebuah tulisan. Di dalamnya terdiri
dari kegiatan memilih topik, tujuan, dan sasaran karangan, mengumpulkan bahan,
serta menyusun kerangka karangan. Berdasarkan kerangka karangan kemudian
dilakukan pengembangan butir demi butir atau ide demi ide ke dalam sebuah
tulisan yang runtut, logis, dan enak dibaca. Itulah fase penulisan.
Selanjutnya, ketika buram (draf) karangan selesai, dilakukan penyuntingan dan
perbaikan. Itulah fase pascapenulisan, yang mungkin dilakukan berkali-kali
untuk memperoleh sebuah karangan yang sesuai dengan harapan penulisnya.
JENIS-JENIS
TULISAN
Surat
Kata
‘surat’ berarti kertas yang ditulis atau dengan kata lain surat adalah kertas
yang berisi tulisan. Jika kita berbicara tentang tulisan maka kaitannya adalah
dengan bahasa. Bahasa pada hakikatnya adalah alat komunikasi. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa seseorang membuat atau menulis surat dengan tujuan
mengomunikasikan sesuatu kepada orang lain. Secara garis besar surat dapat
dikelompokkan menjadi surat pribadi, surat dinas, dan surat yang dibuat untuk
kepentingan sosial.
Surat
lamaran sebenarnya merupakan salah satu surat pribadi hanya surat ini memiliki
tujuan khusus yaitu untuk memperoleh suatu pekerjaan. Surat dinas merupakan
surat resmi yang digunakan oleh suatu instansi untuk kepentingan administrasi
baik pemerintahan maupun swasta. Dari segi bahasa surat dinas memiliki empat
ciri yakni (a) bahasa yang jelas artinya, bahasa yang digunakan tidak
memberikan peluang untuk ditafsirkan secara berbeda oleh si penerima surat; (b)
bahasa yang lugas dan singkat artinya, bahasa yang digunakan langsung tertuju
pada persoalan yang ingin dikemukakan sehingga tidak berbelit-belit; (c)
ba-hasa yang santun artinya, bahasa yang digunakan menunjukkan rasa hormat dan
penghargaan yang wajar kepada si penerima surat; (d) ba-hasa yang resmi
artinya, bahasa yang digunakan mengikuti kaidah baku bahasa Indonesia yang
tercermin dari pilihan kata, ejaan, dan struktur kalimat yang digunakan. Surat
niaga merupakan salah satu jenis surat dinas, tepatnya surat dinas yang
digunakan dalam instansi swasta yaitu pada perusahaan-perusahaan atau badan
usaha.
Pengumuman dan Iklan
Iklan
setidaknya memiliki dua pengertian. Pertama, iklan adalah berita pesanan untuk
mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang
ditawarkan. Kedua, iklan adalah pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang
atau jasa yang dijual, di pasang di media massa, seperti di surat kabar dan
majalah, atau di tempat-tempat umum.
Elemen-elemen
yang terdapat dalam iklan, menurut Freud D. White, terdiri atas tiga hal yang
berfungsi saling menguatkan, yakni tema, ilustrasi, serta naskah dan logo.
Sebagaimana dalam wacana, tema memiliki peran yang strategis dalam menyuarakan
isi pesan sekaligus menampilkan daya tarik terhadap suatu kepentingan dasar
pembaca setelah menyajikan pesan sumber.
Terdapat
beberapa persyaratan yang mesti dipenuhi agar sebuah iklan dapat menarik
pembaca atau calon konsumen yaitu, berbentuk pemberitahuan tentang barang dan
jasa; menggunakan metode yang dapat memotivasi; dipasang pada media yang
sesuai; menggunakan bahasa yang persuasif dan ilustrasi yang menarik.
Pemasangan
iklan itu sendiri dapat dilakukan dalam berbagai bentuk (langsung atau tidak
langsung) dan dengan berbagai media (elektronik atau cetak). Pilihan bentuk dan
media beriklan akan mempengaruhi cara saji iklan itu sendiri serta biaya yang
dikeluarkan. Semakin canggih media yang digunakan, biasanya semakin mahal pula
biaya yang dibutuhkan dan semakin tinggi pula kreativitas yang dituntut untuk
membuat sebuah iklan.
Iklan
dapat dipasang melalui berbagai media yaitu media cetak, elektronik, ragaan,
dan udara. Media cetak dapat berupa koran (surat kabar), tabloid, buletin, dan
majalah. Media elektronik dapat melalui radio dan televisi, atau film (layar
lebar). Media ragaan dapat menggunakan kaos (pakaian), bus, atau papan di
tempat umum. Media udara dapat menggunakan pesawat terbang dan balon udara.
Terdapat
beberapa kriteria yang harus diperhatikan pembuat iklan. Kriteria ini dapat
dikatakan sebagai persyaratan membuat iklan yakni berkenaan dengan etika. Etika
beriklan agar iklan tidak hanya dikatakan baik dari segi bisnis tetapi juga
baik dari sisi penggunaan bahasa dan bersosialisasi. Etika tersebut adalah
mematuhi kaidah-kaidah bahasa, bersaing secara positif, dan tidak mendustai
konsumen.
Naskah
Kata
naskah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai (1) karangan yang masih
ditulis tangan; (2) karangan seseorang yang belum diterbitkan; (3) bahan-bahan
berita yang siap untuk diset; (4) ran-cangan.
Naskah
dapat berupa karya sastra yang masih dalam tulisan tangan, dalam hal ini adalah
karya-karya sastra lama. Karya-karya sastra lama sebelum abad 19 pada umumnya
ditulis tangan dengan menggunakan wadah daun lontar dan sejenisnya, kulit kayu,
dan kulit binatang yang dipilih dan memiliki ketahanan bila disimpan dalam
waktu yang cukup lama. Setelah kertas datang dan para penulis mengenal kertas
sebagai wadah tulisan, baru kemudian para sastrawan menuliskan karya-karyanya
di atas kertas.
Selain
pada sastra lama, digunakan pula istilah naskah pada satu genre sastra yaitu
drama. Naskah drama digunakan sebagai bahan latihan sebuah kelompok teater.
Sejenis dengan naskah drama terdapat naskah film, sinetron, dan televisi yang
fungsinya sama dengan naskah drama.
Pengertian
lain mengatakan bahwa naskah adalah karangan yang belum diterbitkan. Contoh
untuk memahami definisi ini adalah bahan sebuah buku yang masih dalam proses
untuk diterbitkan. Artinya, bahan buku tersebut masih ditelaah, diedit atau
disunting. Bahan buku yang masih dalam proses ini (pengolahan) disebut juga
naskah.
Jenis
naskah yang lain adalah naskah berita. Naskah berita berisi informasi yang akan
disusun menjadi berita yang akan diterbitkan di surat kabar. Masih berkaitan
dengan informasi yang ditulis dan bertujuan untuk diberitahukan kepada
khalayak, baik secara tertulis yang berupa selebaran, maupun secara lisan yang
berupa ceramah atau pidato juga disebut sebagai naskah. Jenis naskah seperti
ini disebut sebagai naskah pengumuman dan naskah pidato.
DIKSI,
EJAAN, DAN TANDA BACA
Diksi
Diksi
adalah pilihan kata. Diksi sangat penting dalam berkomuni-kasi secara lisan
ataupun tulisan. Dalam komunikasi lisan, diksi sangat besar pengaruhnya dalam
menyampaikan bahasa yang membuat orang mengerti dan tidak tersinggung..
Dalam
bahasa tulis, seperti dunia karang-mengarang, diksi juga merupakan unsur yang
tidak kalah pentingnya. Dalam hal ini Glenn R. Capp dan Richard Capp Jr dalam
Rahmat (1999: 47) memberikan kriteria kata yang baik adalah kata yang memiliki
kejelasan, ketepatan, dan kemenarikan.
Hal
yang membuat diksi perlu diterapkan dengan baik adalah karena diksi mempengaruhi
alunan bahasa. Ini juga biasanya terkandung dalam pemakaian Gaya Bahasa dan
Idiom.
Pemakaian
gaya bahasa adalah cara memilih kata yang bertujuan mengungkapkan makna agar
memperoleh efek kuat, mendalam, dan hidup, karena melalui gaya bahasalah maksud
penutur tersampaikan. Ada beberapa cara penutur menyampaikan gaya bahasa yang
biasa disebut majas yaitu:
1.
majas persamaan atau simile;
2.
majas perumpamaan;
3.
majas metafor;
4.
majas metonomia;
5.
majas personifikasi;
6.
majas litotes;
7.
majas hiperbol.
Sedangkan
idiom biasanya akan berhubungan dengan makna-makna bahasa yang kita pilih yang
di dalamnya menyangkut makna konotatif dan denotatif. Makna sinonim, homonim
dan polisemi.
Ejaan dan Tanda Baca
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 285), kata eja adalah kata yang hampir
tidak pernah berdiri sendiri. Pemakaian kata eja sering didahului dengan
imbuhan me- menjadi mengeja yang artinya melafalkan, (menyebutkan) huruf-huruf
satu demi satu atau digabung dengan akhiran –an menjadi ejaan yang artinya
kaidah-kaidah, cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat dan sebagainya)
dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.
Menurut
Arifin dan Tasai (2000: 25), ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar-hubungan antara lambang-lambang
itu (pemisahan dan pengga-bungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, ejaan
adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan penulisan tanda baca.
Jadi,
ejaan adalah aturan yang dipergunakan dalam tulisan (tatatulis) yang meliputi:
1) penulisan huruf, 2) penulisan kata, 3) penulisan unsur serapan dan 4)
penulisan tanda baca.
Ejaan
yang pernah digunakan dalam Bahasa Indonesia dari dulu hingga sekarang yang
paling menonjol ada 3 macam. Pertama, Ejaan Van Ophuisjen yang diresmikan tahun
1901. Ejaan Van Ophuisjen berciri menggunakan dua lambang untuk satu bunyi
yaitu huruf (oe) untuk (u) dan lambang koma (’) untuk (k) ain, hamzah dan tanda
(trema) untuk beberapa kata yang berasal dari bahasa Arab. Kedua, Ejaan
Soewandi yang diresmikan 19 Maret 1947 yang menetapkan perubahan (oe) menjadi
u, dan diberlakukannya angka dua (2) untuk kata menyatakan kata berulang (kata
ulang). Ketiga, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang diberlakukan mulai 16
Agustus 1972 dengan pijakan dasarnya mengatur penulisan ejaan dalam 4 hal,
yaitu:
1)
penulisan huruf,
2)
penulisan kata,
3)
penulisan unsur serapan dan
4)
penulisan tanda baca.
MODUL
II
KALIMAT
EFEKTIF
Pengertian dan Syarat-syarat Kalimat
Efektif
Kalimat
efektif dapat diartikan sebagai kalimat yang penggunaannya dapat berhasil guna
atau dapat mencapai sasaran yang dituju. dengan kata lain kalimat efektif
adalah kalimat yang mampu memberikan makna pada pembacanya, persis seperti apa
yang ingin disampaikan oleh penulisnya. Kalimat dapat menjadi efektif jika
memperhatikan beberapa persyaratan yaitu kebenaran struktur, kelogisan,
kehematan, dan ketidaktaksaan. Di samping itu kalimat akan menjadi sangat baik
jika memenuhi ketentuan (1) kesejajaran bentuk, (2) penekanan, dan (3)
kevariasian.
Penyusunan Kalimat Efektif
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam menyusun kalimat efektif di antaranya adalah,
kata penghubung intrakalimat dan antarkalimat, kemudian gagasan pokok dalam
sebuah kalimat, penggabungan yang menyatakan sebab dan waktu, penggabungan kata
”dengan”, ”yang”, ”dan”, penggabungan kalimat yang menyatakan hubungan akibat
dan hubungan tujuan. Selain itu untuk mencapai efektivitas dan memberikan
nuansa yang menarik pembaca, pada sebuah kalimat terdapat variasi-variasi.
Variasi tersebut di antaranya adalah, subjek pada awal kalimat, kata modal pada
awal kalimat, frase pada awal kalimat, jumlah kalimat dan jenis kalimat.
PARAGRAF DAN NASKAH PIDATO
Paragraf
Paragraf
adalah satuan bagian karangan yang digunakan untuk mengungkapkan sebuah gagasan
dalam bentuk untaian kalimat. Ada dua hal kegunaan dari paragraf. Pertama,
kegunaan paragraf yang terpenting adalah untuk memberi tanda adanya topik baru
atau pengembangan topik lanjutan dari topik sebelumnya pada sebuah karangan.
Dan kedua, adalah untuk menambahkan hal-hal yang penting atau untuk merinci
atau menjelaskan apa yang sudah dibicarakan dalam paragraf sebelumnya.
Syarat-syarat
Paragraf
a
Syarat kesatuan
b
Syarat pengembangan
c
Syarat koherensi
d
Syarat kohesi
Berdasarkan
tujuannya, paragraf dapat dibedakan sebagai berikut.
a.
Paragraf pembuka
b.
Paragraf penghubung
c.
Paragraf penutup
Jenis-jenis
Paragraf
a.
Deskripsi adalah jenis paragraf yang melukiskan atau menggambar sesuatu
berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya.
b.
Narasi adalah jenis paragraf yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa.
c.
Eksposisi adalah jenis paragraf yang berusaha untuk menerangkan, menguraikan,
atau menyampaikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan
dan pandangan pembacanya.
d.
Argumentasi adalah jenis paragraf yang berusaha untuk meyakinkan pembaca
mengenai kebenaran yang disampaikan penulisnya.
e.
Persuasi adalah jenis paragraf yang ditujukan untuk memengaruhi pendapat dan
sikap pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya.
Naskah Pidato
Pidato
tidak hanya dapat diucapkan langsung oleh orang yang berpidato tetapi bisa juga
dilakukan dengan membacakan naskah. Pembacaan tersebut bisa dilakukan oleh si
pelaku tetapi dapat juga diwakilkan. Untuk keperluan tersebut maka diperlukan
naskah pidato.
Oleh
karena itu, agar pidato tertulis tersebut dapat mencapai tujuannya hendaknya
tulisan tersebut mampu membuat pendengarnya:
1.
menarik dan membangkitkan minat
2.
mendapatkan pengetahuan dan pengertian
Hal-hal
yang harus diperhatikan pada saat membuat naskah pidato
1.
gunakan tipe huruf lebih besar dari ukuran 12
2.
gunakan huruf besar dan huruf kecil, karena Anda melihat kata-kata dengan naik
dan turun (huruf h dan l bagian atas berada di atas baris, huruf p dan y bagian
bawah berada di bawah baris).
3.
gunakan spasi ganda sebagai pengingat untuk penghentian lebih lama
4.
Jangan pisahkan kata-kata dengan tanda hubung di akhir baris.
5.
gunakan hanya dua pertiga halaman bagian atas untuk menghindari penampilan yang
kedodoran
6.
beri nomor halaman pada bagian sudut kanan atas sehingga Anda dapat melihatnya
secara cepat bila diperlukan
7.
akhiri tiap halaman dengan kalimat lengkap, dan paragraf lengkap jika
memungkinkan.
Berdasarkan
sifatnya, pidato dibagi menjadi dua macam:
1.
Pidato resmi
2.
Pidato tidak resmi
MODUL
3
Karangan
Karangan
Ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan, yang
dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis dan
sintesis-analitis. Sebagai sebuah tulisan ilmiah, karangan ini memiliki
ciri-ciri yang harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual
objektif); bersifat metodis dan sistematis; dan dalam pembahasannya menggunakan
ragam bahasa ilmiah. Agar suatu karangan mampu memiliki ciri keilmiahannya,
karangan jenis ini menuntut adanya persyaratan material, yang di dalamnya
mencakup adanya topik yang dibicarakan, tema yang menjadi tujuan/sasaran
penulisan, alinea yang merangkaikan pokok-pokok pembicaraan, serta
kalimat-kalimat yang mengungkapkan dan mengembangkan pokok-pokok pembicaraan;
serta persyaratan formal, yang di dalamnya mencakup tata bentuk karangan, yaitu
(1) preliminaries (halaman-halaman awal) yang meliputi judul, kata pengantar,
aneka daftar (daftar isi, daftar tabel/bagan/lampiran); (2) main body (isi
utama) yang meliputi pendahuluan, isi, dan penutup; (3) reference matter
(halaman-halaman akhir) yang meliputi daftar pustaka, lampiran, dan biodata
penulis.
Sementara
itu, yang dimaksud Karangan semi-ilmiah adalah tulisan yang berisi informasi
faktual, yang diungkapkan dengan bahasa semiformal, tetapi tidak sepenuhnya
mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering “dibumbui” dengan
opini pengarang yang kadang-kadang subjektif. Atas dasar dua pengertian
tersebut (ilmiah dan semi-ilmiah), maka yang disebut karangan nonilmiah adalah
karangan yang tidak terikat pada aturan yang baku. Beberapa contoh yang dapat
disebut untuk memenuhi kriteria karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng,
hikayat, cerita pendek, cerita bersambung, novel, roman, puisi, dan naskah
drama.
PERENCANAAN KARANGAN
Perencanaan Karangan
Perencanaan
disusun sebelum suatu kegiatan dilakukan atau merupakan suatu persiapan.
Perencanaan karangan tidak ubahnya seperti perencanaan dalam kegiatan-kegiatan
yang lain. Tujuan dibuatnya sebuah rencana adalah untuk mencapai hasil dari
suatu kegiatan secara maksimal. Dalam kegiatan menulis perencana karangan
tergolong ke dalam tahap prapenulisan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan
meliputi kegiatan merumuskan tujuan karangan, menentukan topik dan
sub-subtopik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi
yang diperlukan, serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka
karangan.
Topik
karangan adalah hal yang menjadi bahan pembicaraan dalam sebuah tulisan. Topik
karangan harus bermanfaat, layak dibahas, menarik, dikenal baik, bahan mudah
didapati, tidak terlalu luas, dan terlalu sempit. Topik yang terlalu luas dapat
dibatasi dengan 3 cara yaitu dengan menggunakan diagram jam, diagram pohon, dan
piramida terbalik. Syarat menentukan topik adalah menguasai materi yang akan
dibahas atau ditulis. Jika topik dikuasai, sub-subtopik akan mudah ditentukan.
Menentukan
tujuan karangan penting dilakukan penulis untuk menentukan bentuk karangan
(ilmiah, nonilmiah atau sastra, nonsastra) dan tingkat kerincian karangan.
Menentukan sasaran karangan sangat diperlukan untuk menentukan diksi dan cara
penyajian yang tepat sesuai dengan status sosial, jenjang pendidikan, dan
tingkat kemampuan yang dimiliki pembacanya. Hal ini dilakukan agar apa yang
kita tulis dapat dipahami oleh pembacanya.
Sebelum
kita menulis, kita harus mencari, mengumpulkan, dan memilih bahan-bahan atau
informasi yang relevan dengan topik yang akan kita bahas. Dengan informasi yang
lengkap dan relevan maka akan memudahkan penulis dalam mengembangkan topik
karangan. Selain itu, tulisan/karangan kaya akan informasi yang berhubungan
dengan topik yang sedang kita bahas, pembahasan topik akan lebih mendalam dan
luas, dan pembaca akan memperoleh informasi yang lengkap. Bahan-bahan atau
informasi yang dibutuhkan penulis dapat berupa artikel, gambar/foto, hasil
laporan penelitian/pengamatan, hasil wawancara, dan sebagainya.
Kerangka Karangan
Kerangka
karangan menurut Akhadiah (1994: 25) merupakan suatu rencana kerja yang
mengandung ketentuan-ketentuan tentang bagaimana kita menyusun karangan. Tidak
berbeda jauh dengan Akhadiah, Finoza (2001: 179) juga mengungkapkan bahwa
kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan
gagasan. Sebuah karangan atau tulisan minimal menggunakan tiga bagian penting,
yaitu pendahuluan, tubuh karangan, dan kesimpulan. Manfaat yang dapat Anda
peroleh bila membuat kerangka karangan adalah sebagai berikut.
1.
Membantu Anda melihat apa saja yang perlu disajikan dalam tulisan atau
karangan.
2.
Membantu Anda mengembangkan gagasan/ide lebih teratur, logis, dan terfokus.
3.
Membantu Anda mencegah pengulangan paparan ide.
4.
Membantu Anda memaparkan data lebih lengkap.
Jenis
kerangka karangan berdasarkan cara mengungkapkan pokok-pokok pembicaraan ke
dalam kerangka karangan terbagi atas dua jenis, yaitu kerangka topik dan
kerangka kalimat. Pada kerangka topik, pokok pembicaraan diungkapkan dengan
menggunakan kata atau kelompok kata. Pada kerangka kalimat, pokok pembicaraan
diungkapkan dengan menggunakan kalimat hal-hal yang harus diperhatikan ketika
akan membuat kerangka karangan adalah sebagai berikut.
1.
Penyusunan kerangka karangan harus sesuai dengan topik yang telah Anda pilih.
2.
Penyusunan kerangka karangan harus sistematis dan logis.
3.
Penyusunan kerangka karangan untuk mempermudah penyusunan karangan.
Untuk
memperoleh kerangka karangan yang tersusun secara sistematis dan logis,
hendaklah ditempuh beberapa langkah kegiatan berikut ini.
1.
Pengumpulan ide
2.
Penyaringan ide dan penyempurnaan ide
3.
Pengelompokan ide
4.
penyusunan urutan ide
Kerangka
karangan dapat dibentuk dengan sistem tanda atau kode tertentu berupa huruf dan
angka. Tanda-tanda yang dipakai harus ada pasangannya (minimal satu pasangan)
dan Penggunaan pasangan tanda harus konsisten. Kerangka karangan berdasarkan
cara mengungkapkan pokok-pokok pembicaraan ke dalam kerangka karangan terbagi atas
dua jenis, yaitu kerangka topik dan kerangka kalimat. Kerangka kalimat
merumuskan setiap topik, subtopik, maupun sub-subtopik memperguna-kan kalimat
berita yang lengkap. Kerangka topik mengungkapkan pokok pembicaraan dengan
menggunakan kata atau kelompok kata (frase).
Untuk
menilai sebuah kerangka karangan, Anda harus memperhati-kan syarat-syarat
kerangka karangan yang baik, yaitu:
1.
pengungkapan maksud harus jelas;
2.
tiap subpokok bahasan dalam kerangka karangan mengandung satu gagasan;
3. pokok-pokok
dalam kerangka karangan harus disusun secara logis;
4.
harus mempergunakan pasangan tanda yang konsisten.
MODUL
4
WACANA
DESKRIPSI DAN NARASI
Pengembangan Wacana Deskripsi
Paragraf
deskripsi adalah paragraf yang berusaha untuk memindah-kan kesan, hasil
pengamatan, dan perasaannya kepada pembaca. Penulis berusaha untuk menyampaikan
sifat dan semua rincian wujud yang ditemukan pada objek yang ditulis itu. Hal
tersebut bertujuan untuk menciptakan atau memungkinkan terciptanya daya khayal
atau imajinasi kepada para pembacanya, sehingga seolah-olah pembaca melihat
atau merasakan sendiri objek yang dibicarakan secara keseluruhan seperti yang
dialami oleh penulisnya.
Berdasarkan
tujuannya, deskripsi dibedakan menjadi dua yaitu, (1) deskripsi sugestif dan
(2) deskripsi teknis (deskripsi ekspositoris), sedangkan berdasarkan cara
pendekatannya agar objek yang digambar-kan dapat tepat maksudnya dibagi menjadi
(1) pendekatan realistis, (2) pendekatan impresionistis, dan (3) pendekatan
menurut sikap pengarang.
Berdasarkan
kategori yang biasa diungkapkan, ada dua objek yang dapat kita deskripsikan,
hal itu adalah deskripsi orang dan deskripsi tempat.
Untuk
mempermudah melakukan pendeskripsian, berikut adalah rambu-rambu yang dapat
Anda ikuti.
1.
Menentukan hal apa yang hendak dideskripsikan.
2.
Merumuskan tujuan pendeskripsian.
3.
Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan.
4.
Merinci dan menyistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan
dideskripsikan.
Pengembangan Wacana Narasi
Narasi
adalah wacana atau wacana yang mengisahkan atau menceritakan suatu peristiwa
atau kejadian dalam suatu rangkaian waktu.
Tujuan
pengembangan wacana narasi adalah
1.
ingin memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan pembaca, dan
2.
ingin memberikan pengalaman estetis kepada pembaca.
Kedua
tujuan tersebut akan menghasilkan bentuk wacana narasi yang berbeda, yaitu
narasi ekspositoris dan narasi ugesti.
Perbedaan
antara narasi ekspositoris dan narasi ugesti adalah sebagai berikut.
Narasi
Sugestif
1.
menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.
2.
menimbulkan daya khayal.
3.
penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau
perlu penalaran dapat dilanggar.
4.
bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitikberatkan pada
penggunaan kata-kata konotatif.
Narasi
Ekspositoris
1. memperluas pengetahuan.
2.
menyampaikan informasi faktual mengenai sesuatu kejadian.
3.
didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional.
4.
bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada pemakaian
kata-kata denotatif.
Komponen-komponen
pembentuk prinsip dasar narasi sugesti adalah alur, penokohan, latar, dan sudut
pandang.
Langkah-langkah
praktis yang digunakan dalam mengembangkan wacana narasi.
1.
Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan.
2.
Tetapkan sasaran pembaca kita.
3.
Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur
4.
Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan dan akhir cerita.
5.
Rinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai
pendukung cerita.
6.
Susunlah tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.
MODUL
5
EKSPOSISI
, ARGUMENTASI DAN PERSUASI
Pengembangan Karangan Eksposisi
Wacana
eksposisi adalah wacana yang berusaha untuk memaparkan, menerangkan, atau
menginformasikan sesuatu hal yang berfungsi untuk memperluas pengetahuan,
pandangan, atau wawasan pembacanya.
Wacana
eksposisi dikembangkan dengan struktur: pendahuluan, tubuh wacana, dan penutup
atau kesimpulan. Tiap-tiap bagian tersebut ditulis secara utuh sehingga apa
yang ingin disampaikan dapat tertangkap oleh pembaca dengan mudah.
Langkah
yang harus kita tempuh dalam membuat eksposisi adalah:
a.
menentukan topik wacana,
b.
menentukan tujuan penulisan, dan
c.
merencanakan paparan dengan membuat kerangka yang lengkap dan tersusun secara
baik
Teknik Pengembangan Eksposisi
1.
Teknik Identifikasi
Sebuah
teknik pengembangan eksposisi yang menyebutkan ciri-ciri atau unsur-unsur yang
membentuk suatu hal atau objek sehingga pembaca dapat mengenal objek itu dengan
tepat dan jelas.
2.
Teknik Perbandingan
Teknik
yang digunakan untuk mengungkapkan kesamaan-kesamaan atau perbedaan-perbedaan
antara satu hal dengan hal yang lain. Dalam menyampaikan uraian dengan teknik
perbandingan, hal yang harus kita perhatikan adalah tujuan penggunaannya.
Teknik yang dapat digunakan untuk menyampaikan perbandingan adalah
a.
Perbandingan Langsung
b.
Analogi
c.
Perbandingan Kemungkinan
3.
Teknik ilustrasi
Teknik
ini berusaha memberikan gambaran, contoh-contoh, atau penjelasan yang khusus
atau nyata.
4.
Teknik Klasifikasi
Teknik
klasifikasi merupakan suatu metode untuk menempatkan barang-barang atau
mengelompokkan bermacam-macam subjek dalam suatu sistem kelas.
5.
Teknik Definisi
Definisi
adalah penjelasan terhadap arti kata atau pengertian suatu kata, frasa atau
kalimat.
6.
Teknik Analisis
Teknik
analisis merupakan cara memecahkan suatu pokok masalah. Teknik analisis dapat
dibagi atas sebagai berikut.
a.
Analisis Sebab-Akibat
b.
Analisis Bagian
c.
Analisis Fungsional
d.
Analisis Proses
Pengembangan Karangan Argumentasi
Argumentasi
adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat
untuk membangun suatu kesimpulan. Isi karangan memuat tiga elemen utama yaitu
pernyataan (claim), alasan (support/graound ) dan pembenaran (warrant ). Di
samping itu ada juga elemen tambahan yaitu: pendukung (backing), modal (modal
qualifiers) dan sanggahan (rebutta). Tujuannya ada bermacam-macam: 1)
semata-mata untuk menyampaikan pandangan, 2) mendiskusikan suatu persoalan
tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian, 3) meng-usahakan suatu pemecahan
masalah, 4) mengupayakan keyakinan pembaca agar menyetujui dan terpengaruh
dengan alasan-alasan penulis.
Adapun
yang termasuk ke dalam karangan argumentasi ini antara lain: makalah, paper,
(seminar, simposium, dan lokakarya), esai, skripsi, tesis, disertasi, dan
naskah tuntutan di pengadilan seperti: naskah pembelaan, pertanggungjawaban,
dan surat keputusan. Semua macam karangan itu dikembangkan dengan menggunakan
dua teknik pengembangan argumentasi yaitu teknik deduktif dan teknik induktif.
Pengembangan Karangan Persuasi
Persuasi
adalah karangan yang isinya berusaha meyakinkan pembaca dengan menggunakan
bahasa yang bernada membujuk. Istilah persuasi berasal dari bahasa Inggris
persuasion diturunkan dari kata to persuade yang artinya membujuk atau
meyakinkan. Secara prinsip pengertian persuasi dengan argumentasi hampir
serupa. Keduanya sama-sama menggunakan argumen-argumen yang kuat dalam
meyakinkan lawan bicara. Perbedaannya terletak pada penggunaan bahasa. Jika
pada karangan argumentasi bahasa yang dipergunakan cukup menjelaskan pembuktian
pembaca yang bertujuan pembaca meyakini. Pada karangan argumentasi, logika yang
digunakan merupakan unsur utama. Diksi yang dipergunakan bertujuan mencari efek
tanggapan penalaran. Pada karangan persuasi bahasa yang dipergunakan bermuatan
penuh rayuan, daya ajuk, daya bujuk atau himbauan untuk membangkitkan pembaca
tergiur dan bereaksi untuk ikut serta mengikuti keinginan penulis. Diksi yang
dipergunakan bertujuan mencari efek tanggapan emosional.
Hal
inilah yang menimbulkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti
himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan penulis.
Metode
pengembangan karangan persuasi pada lazimnya adalah: rasionalisasi,
identifikasi, sugesti, konformitas, penggantian dan proyeksi.
Alat
pengembangan persuasi adalah 1) Bahasa, yang berfungsi seluas dan tajam
sehingga sering berakibat terjadinya penipuan, kedengkian, percekcokan dan
macam lainnya. 2) Nada yang digunakan seperti: marah, senang, sedih, dan
bersemangat yang dapat dipergunakan seseorang sebagai alat untuk mempengaruhi
perilaku orang banyak. 3) Detail esensial dalam yang mendukung tujuan sehingga
memperjelas penalaran yang kita harapkan pendetailan dilakukan dengan cara
menyeleksi seberapa penting detail itu dalam membantu pembaca memahami tulisan
kita. 4) Organisasi yaitu pengaturan detail di dalam karangan kita itu agar
keyakinan dan pandangan pembaca dapat berubah yang bisa ditempuh melalui cara
induktif, cara deduktif dan cara penonjolan 5) Kewenangan menyangkut penerimaan
dan kesadaran pembaca terhadap pengarang sebagai orang yang berwenang karena
diyakini: a) mempunyai dasar hukum menduduki jabatan tertentu, b) ber-kecimpung
dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan tertentu, c) mampu menunjukkan pola pikir
yang bermutu.
Penilaian Karangan Argumentasi dan
Persuasi
Topik
yang diangkat menjadi karangan argumentasi karena memiliki 2 hal yaitu,
bernilai dan tidak bernilai. Untuk membuat keyakinan pembaca pasti dan kokoh,
sangat ditentukan oleh argumen atau alasan-alasan yang bukan hanya sesuai nalar
dan mendukung, tetapi juga diterima akal (logis). Membangun keyakinan kuat bagi
pembaca memerlukan prinsip-prinsip yang standar atau baku yaitu dengan menjawab
pertanyaan berikut:
Apakah
pernyataan dapat diyakini kebenarannya oleh pembaca?
Apakah
alasan menghadirkan bukti-bukti yang bersifat khusus yang diperlukan untuk
mendukung pernyataan..
Apakah
penarikan kesimpulan yang diambilnya sudah melalui proses nalar yang benar?
Yang dimaksud adalah ungkapan bahasa (penanda linguistik yang digunakan).
Seperti: (1) penanda kepastian seperti di antaranya penggunaan kata/frase
perlu, pasti, dan tentu saja. Sedangkan (2) penanda kemungkinan. antara lain
agaknya, kiranya, rupanya, kemungkinannya, sejauh bukti yang ada, sangat
mungkin, mungkin sekali, dan masuk akal. Untuk karangan persuasi aspek yang
dinilai adalah semua aspek yang ada pada argumentasi ditambah 5 hal berikut
yaitu: Bahasa, Nada, Detail, Organisasi dan kewenangan.
MODUL
6
SURAT
MENYURAT DINAS
Surat Resmi
Surat
adalah salah satu sarana komunikasi tertulis untuk menyam-paikan suatu pesan
dari satu pihak (perorangan, kelompok, atau organisasi) kepada pihak lain.
Jenis surat itu sangatlah banyak. Sebagai salah satu sarana bentuk komunikasi
tertulis, surat terdiri atas unsur pengirim surat, penerima, pesan (isi surat),
dan saluran. Ketersampaian pesan surat akan dipengaruhi oleh keefektifan
bahasa, kelogisan dan keruntutan organisasi surat, kejelasan isi, dan
kesesuaian format surat yang digunakan.
Apabila
surat itu mengandung pesan yang menyangkut kepentingan formal atau dinas, maka
surat seperti itu disebut surat dinas atau surat resmi.
Surat
memiliki sejumlah fungsi. Di antara fungsi surat ialah sebagai wakil pribadi,
kelompok, atau organisasi; dasar atau pedoman kerja; bukti tertulis yang
otentik; arsip atau alat pengingat; dan dokumen historis. Mengingat berbagai
fungsi yang dimiliki surat, maka surat dapat dikelompokkan menjadi beberapa
jenis. Klasifikasi jenis surat didasar-kan atas kepentingan dan asal
pengirimnya, isi sifat, banyaknya sasaran, tingkat kepentingan penyelesaiannya,
wujud, dan ruang lingkup sasarannya.
Berbeda
dengan bentuk karangan lainnya, surat memiliki karak-teristik yang sangat
khusus. Salah satu kekhasan surat terletak pada bagian-bagiannya. Bagian-bagian
ini memiliki kegunaan tertentu. Penataan bagian dan unsur surat tergantung pada
format atau bentuk surat yang digunakan. Namun demikian, sebuah organisasi baik
pemerintahan, perusahaan, maupun sosial politik, biasanya memiliki format baku
yang digunakan dalam organisasi tersebut.