Posted by : Unknown Minggu, 02 Desember 2012



KTI KEBIDANAN BARU 2011 : HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN PENYAKIT PNEUMONIA DI DESA xxx


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Sedangkan infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas (paru) salah satunya adalah pneumonia.
Pneumonia merupakan proses radang akut pada jaringan paru (alveoli) akibat infeksi kuman yang menyebabkan gangguan pernapasan. Pneumonia berbahaya karena dapat menyebabkan kematian, karena paru-paru tidak dapat menjalankan fungsinya untuk mendapatkan oksigen bagi tubuh (Depkes RI, 2007).
Komitmen global tentang kesehatan anak telah dicanangkan oleh masyarakat dunia, antara lain dalam pertemuan United Nations Spesial Session on Chilren di New York tahun 2002, yang menegaskan kembali tujuan dari dokumen Millennium Development Goals. Dimana dalam dokumen tersebut disebutkan bahwa salah satu tujuannya adalah menurunkan 2/3 kematian balita pada rentan waktu antara tahun 1990-2015. Tujuan tersebut belum tercapai secara merata khususnya di negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah menurunkan sepertiga kematian karena Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) (Dinkes, 2009).

Pneumonia telah menjadi masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya yang tinggi. Hal ini tidak saja terjadi dinegara berkembang, namun juga di negara maju. Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2005 memperkirakan kematian balita akibat pneumonia di seluruh dunia sekitar 19 persen atau berkisar 1,6 – 2,2 juta. Dimana sekitar 70 persennya terjadi di negara-negara berkembang, terutama Afrika dan Asia Tenggara. World Pneumonia Day (WPD) melaporkan Indonesia menjadi negara dengan kejadian pneumonia urutan ke-6 terbesar di dunia. Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Angka kematian pneumonia pada balita di Indonesia diperkirakan mencapai 21%. Adapun angka kesakitan diperkirakan mencapai 250 hingga 299 per 1000 anak balita setiap tahunnya. Di Jawa Tengah sendiri cakupan penemuan penderita pneumonia tahun 2009 sebesar 25,9% mengalami peningkatan bila dibanding dengan cakupan tahun 2008 yang mencapai 23,6%. Untuk Kota Xxx kejadian pneumoni diperkirakan berjumlah 31,6% (Unicef, 2006) (Dinkes, 2009).
Dr. I. Boediman, Sp. A (K) dalam seminar World Pneumonia Day 2010 mengungkapkan bahwa Anak yang sehat memiliki sistem pertahanan tubuh yang melindungi paru dari kuman. Anak dengan sistem pertahanan tubuh lemah seperti anak gizi buruk terutama karena tidak mendapat ASI eksklusif, kekurangan vitamin A, danmenderita campak memiliki risiko pneumonia tinggi (Sutriyanto,2011).
Tingginya angka penyakit infeksi saluran pernafasan pada bayi berkaitan dengansanitasi lingkungan, pelayanan kesehatan yang tidak memadai dandisertai cakupan imunisasi yang masih rendah. Penyakit infeksi saluran pernafasan pada bayi juga dipengaruhi oleh pola pemberian ASI dan pemberian makanan pendamping ASI. Pada bayiyang telahdiberikan makanan sebelum usia 4-6 bulan atau bahkan beberapa saatsetelah kelahiran dapat menyebabkan bayi mudah terserang penyakit infeksi(LIPI 2004).
======================================================================================================================================(+++++++, 2010).
Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No. 450/Menkes/SK/IV/2004. ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman, kecuali obat dan vitamin. Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu (Dinkes, 2009).
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, ASI bisa menurunkan kematian hingga 17 persen pada kelahiran baru (neonatal) dan 12 persen pada anak di bawah lima tahun. Angka kematian bayi baru lahir secara nasional adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup dan angka kematian anak di bawah lima tahun mencapai 44 anak per 1.000 kelahiran hidup. Namun yang patut disayangkan tingkat pemberian ASI secara eksklusif di tanah air hingga saat ini masih sangat rendah. Baru sekitar 22 persen ibu melahirkan memberikan ASI eksklusif pada bayinya.Hasil riset terakhir peneliti menunjukkan bahwa bayi yang mendapat makanan pendamping sebelum berusia 6 bulan (Non ASI Eksklusif) akan lebih sering terserang diare, sembelit, ISPA (Soraya, 2005)(Suprihadi, 2010).


=======================================================================================================================================================================================================================================================================================================================================================
Dilihat dari data tersebut ternyata masih banyak ibu menyusui yang memberikan MP-ASI pada bayi berusia 0-6 bulan sehingga bayi tidak memperoleh ASI eksklusif, dan juga masih tingginya kejadianpneumonia. Melihat hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian penyakit pneumonia di wilayah Desa xxxx Xxx.
B. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah “====================================================================================================================================================================================================?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian penyakit pneumonia di wilayah Desa xxxx Xxx.
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan ibu yang memberi ASI Eksklusif di wilayah Desa xxxx Xxx.
b. Mendiskripsikan kejadian penyakit pneumonia di wilayah Desa xxxx Xxx.
c. Menganalisishubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian penyakit pneumonia di wilayah Desa xxxx Xxx.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi institusi pendidikan
Dapat dijadikan pedoman bagi mahasiswa dalam memberikan Pendidikan Kesehatan di masyarakat tentang pemberian ASI Eksklusif dan penyakit Pneumonia.
2. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan atau bahan pertimbangan bagi Puskesmas guna pengembangan program upaya penurunan pneumonia dan peningkatan ASI eksklusif.
3. Bagi masyarakat
Dapat menerapkan hasil penelitian ini dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga sendiri ataupun dalam memotivasi orang lain.Khususnya ibu yang memiliki balita diharapkan dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan pneumonia.
4. Bagi peneliti
Dapat benar-benar mengerti hal-hal yang paling berdampak untuk memotivasi ibu agar memberikan ASI Eksklusif, serta sebagai referensi penelitian selanjutnya.


E. Keaslian penelitian
No Nama, Tahun, Judul Variabel Sasaran Jenis Penelitian Hasil
1. Sumari Sasmito,
(2008)
Hubungan pemberian ASI dengan kejadian penyakit ISPA pada bayi di Puskesmas Bandar Agung Kec Sragi Kab Lampung Selatan tahun 2007 a. Independen :
Air Susu Ibu (Eksklusif, Non Eksklusif) dan Pengetahuan.
b. Dependen :
Kejadian penyakit ISPA pada bayi Populasi :
Seluruh ibu yang mempunyai bayi umur 0-11 bulan.
Sampel :
126 ibu yang mempunyai bayi umur 0-11 bulan Rancangan penelitian cross sectional dan metode penelitian diskriptif korelasi Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapathubungan yang signifikan antara pemberian ASI terhadap kejadian penyakit ISPA pada bayi di PuskesmasBandar Agung Kec Sragi Kab LampungSelatan.
2. Aji Yuwono
(2008)
Faktor-Faktor Lingkungan Fisik Rumah yang Berhubungan dengan Kejadian
Pneumonia pada Anak Balita di Wilayah kerja Puskesmas Kawunganten
Kabupaten Cilacap
a. Independen :
Lingkungan fisik rumah
b. Dependen :
Kejadian penyakit pneumonia pada balita Populasi :
Pada Bulan Januari -
Nopember tahun 2007 tercatat sebanyak 325 anak balita Sampel :
Jumlah sampel kasus
sebanyak 66 anak balita penderita pneumonia di wilayah kerja Puskesmas
Kawunganten. Rancangan penelitian case control dan metode penelitian retrospectiv study Jenis lantai, kondisi dinding rumah, luas
ventilasi rumah, tingkat kepadatan hunian, tingkat kelembaban, penggunaan jenis
bahan bakar kayu &kebiasaan anggota keluarga yang merokok mempunyai
hubungan dengan kejadian pneumonia.


Perbedaan dengan rencana penelitian :
Rencana peneliti akan menelitihubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian penyakit pneumonia di wilayah Desa xxxx Xxx. Peneliti akan menggunakan metode deskriptif korelasi, dengan pendekatan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita di wilayah Bangetayu Kulon Kec Genuk Kota Xxx, yang berjumlah 659 orang.Variabel independen yang digunakan adalah pemberian ASI Eksklusif, dan dependen yang digunakan adalah kejadian penyakit pneumonia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Infeksi saluran pernafasan akut ( ISPA)
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Salah satu yang termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah Pneumonia. (Depkes RI, 2007).
2. Pneumonia
1) Definisi
Suatu peradangan pada jaringan paru (alveoli) atau parenkim paru yang terjadi pada anak. (Suriadi, 2006)
2) Klasifikasi (Depkes RI, 2007)
Dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Umur <2 bulan
a) Pneumonia berat
(1) Nafas cepat > 60 x/menit
(2) Tarikan dinding dada bagian bawah kedalaman kuat
b) Bukan pneumonia
(1) Tidak ada nafas cepat
(2) Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah
2) Untuk umur 2 bulan – 5 tahun
a) Pneumonia berat
(1) Tarikan dinding dada bagian bawah kedalam
b) Pneumonia
(1) Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah dalam
(2) Nafas cepat (2 bulan- 1 tahun ≥ 50 x/menit)
(3) Nafas cepat (1 tahun- 5tahun > 40 x/menit)
c) Bukan pneumonia
(1) Tidak ada tarikan dinding dada
3) Etiologi
Pneumonia disebabkan oleh satu atau lebih agens berikut: virus, bakteri, mikroplasma, dan aspirasi substansi asing. Ciri klinis Pneumonia Bakteri, Virus, dan Mikroplasma(Cecily, 2002).
1) Pneumonia bakteri
Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Seluruh jaringan paru dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
2) Pneumonia virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Meski virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas-terutama pada anak-anak, gangguan ini bisa memicu pneumonia. Sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat.Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influensa, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian. Virus yang menginfeksi paru akan berkembang biak walau tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan.
Virus penyebabnya adalah virus influenza, adenovirus, ribela, varisela, sitomegalovirus manusia, dan virus sinsisium pernafasan.
































Ariefudin

Persembahan untuk semua sobat seperjuangan…
Home > KTI / Skripsi > Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Terhadap Kejadian ISPA

Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Terhadap Kejadian ISPA

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BAYI 0 – 12 BULAN
Studi Analitik Observasional di Posyandu Tegal Timur Kota Tegal
Yanuar Ariefudin* , Sri Priyantini^, Ophi Indria Desanti#
* Medical Faculty of Sultan Agung Islamic University (Unissula) Semarang
^ Departement of Pediatric Medical Faculty of Sultan Agung Islamic University (Unissula) Semarang
# Departement of Public Health Medical Faculty of Sultan Agung Islamic University (Unissula) Semarang

ABSTRACT
Acute Respiratory Infections (ARI) is one of primary public health problem. The incidence of ARI causes 4 of 15 million estimated death in children under 5 years old annually and as many as two-thirds of these deaths occur in infants. Breastfeeding in Indonesia has not fully implemented. Breastfeeding mother has a relatively poor knowledge on the importance of exclusive breastfeeding. The purpose of this study is to determine the comparation of exclusive breastfeeding against ARI incidence in infants aged 0-12 months in the posyandu East Tegal District, Tegal.
This is an analytical observational study using cross sectional design. The study sample consisted of 154 infants of 75 male and 79 female. The data on exclusive breastfeeding and ARI were acquired using questionnair. Chi-Square test was applied to analyze the data.
The research showed that among 72 infants (46.8%) who were exclusively breastfed, there were 56 infants (36.4%) suffered from rare ARI and 16 infants (10.4%) suffered from frequent ARI. While among the 82 infants (53.2%) who were not exclusively breastfed, 50 infants (32.4%) suffered from frequent ARI, and only 32 infants (20.8%) suffered from rare ARI. The Chi-Square test resulted in p-value of 0.000 (p <0.05) meaning significant comparation.
In conclusion, there is a significant comparation of exclusive breastfeeding against ARI in infants aged 0-12 months in the posyandu East Tegal District, Tegal.
Keywords: exclusive breastfeeding, Acute Respiratory Infection, Infant
Pendahuluan
Latar belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Indonesia merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali per tahun (Yamin dkk, 2007). WHO (2003) menuturkan, ISPA merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara yang sedang berkembang. Infeksi saluran pernafasan akut ini menyebabkan 4 dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun pada setiap tahunnya dan sebanyak dua pertiga dari kematian tersebut terjadi pada bayi.
ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian karena ISPA, terutama pada bayi dan anak balita. Setiap tahunnya 40% – 60% dari kunjungan di Puskesmas ialah penderita penyakit ISPA. Seluruh kematian balita, proporsi kematian yang disebabkan oleh ISPA ini mencapai 20 – 30% (Purnomo, 2008). Angka kejadian ISPA di Jawa Tengah pada tahun 2007 mencapai 18,45% (Profil Kesehatan Indonesia, 2007).
Di Indonesia, pemberian ASI eksklusif belum dilaksanakan sepenuhnya. Permasalahan utama yang dihadapi adalah kesadaran akan pentingnya ASI eksklusif. Dari data SDKI 1997 cakupan ASI eksklusif masih 52%, pemberian ASI satu jam pasca persalinan 8%, pemberian hari pertama 52,7%. Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 perdesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-12%, sedangkan dipedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar antara 1%-13%, sedangkan di pedesaan 2%-13% (Depkes, 2005). Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Jawa Tengah (2006) menunjukkan cakupan pemberian ASI Eksklusif hanya sekitar 28,08%, terjadi sedikit peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2005 yang mencapai 27,49%.
Di negara-negara berkembang, bayi yang mendapat ASI eksklusif mempunyai angka kesakitan dan kematian yang secara bermakna lebih rendah dibandingkan dengan yang diberikan susu formula (Suharyono, 2001). Terdapat pengaruh terhadap kejadian ISPA pada bayi, di mana lebih tinggi pada bayi yang diberikan susu formula dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI. ASI juga terbukti memberikan efek protektif 39,8% terhadap ISPA pada bayi umur 0 – 4 bulan (Abdullah, 2003).
Melihat tingginya angka kejadian ISPA dan rendahnya tingkat pemberian ASI eksklusif, maka perlu dilakukan penelitian tentang hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian ISPA pada bayi usia 0-12 bulan di kecamatan Tegal Timur Kota Tegal. Lokasi penelitian yang dipilih ialah kecamatan Tegal Timur karena ibu-ibu di wilayah Tegal Timur sebagian besar ikut bekerja mencari nafkah, mengingat data mata pencaharian kecamatan Tegal Timur Kota Tegal adalah buruh, PNS dan swasta (Pemerintah Kota Tegal, 2009). Menurut harian Kompas (26/5/2009), secara keseluruhan sebanyak 30.000 orang pekerja di Kota Tegal yang tersebar di 444 perusahaan, lebih dari 60% merupakan perempuan. Sedangkan mata pencaharian sebagian besar laki-laki ialah buruh bangunan, PNS dan nelayan (Pemerintah Kota Tegal, 2009). Penelitian dilakukan di perkotaan mengingat di sebagian besar wilayah perkotaan, ASI sudah diganti dengan susu formula.
Tujuan dari penelitian ini Untuk mengetahui adanya hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian infeksi saluran pernapasan akut pada bayi usia 0-12 bulan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan ibu-ibu pada khususnya tentang hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap penurunan kejadian infeksi saluran pernapasan akut pada bayi usia 0-12 bulan. Selain itu hasil penelitian ini juga diaharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan pendekatan cross sectional.. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik non parametrik Chi-Square.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi usia 13-24 bulan di kecamatan Tegal Timur Kota Tegal. Dari populasi tersebut diambil sampel 154 bayi yang didapatkan dari perhitungan menggunakan rumus dari Sastroasmoro (2002).
Alat pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Pengumpulan data pada saat penelitian dilakukan dengan teknik wawancara. Kemudian kuesioner yang telah dikumpulkan dicek dan diperiksa kelengkapannya oleh peneliti untuk diolah dan dianalisis.
Lokasi penelitian dilakukan di beberapa posyandu yang tersebar di Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal. Penelitian ini dilakukan 9 Desember – 23 Desember 2009.
Hasil Penelitian
Tabel 1. Hasil Tabulasi Silang Antara Pemberian ASI eksklusif dengan Kejadian ISPA di Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal
Pemberian ASI
Kejadian ISPA
Jumlah
Sering
Jarang
ASI eksklusif
16 (10,4%)
56 (36,4%)
72 (46,8%)
ASI non eksklusif
50 (32,4%)
32 (20,8%)
82 (53,2%)
Jumlah
66 (42,8%)
88 (57,2%)
154 (100%)
Hasil dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa keseluruhan sampel yang berjumlah 154 bayi menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif mengalami ISPA sering sebanyak 16 bayi (10,4%), sedangkan bayi yang mengalami ISPA jarang sebanyak 56 bayi (36,4%). Dan bayi yang diberi ASI non eksklusif yang mengalami ISPA sering sebanyak 50 bayi (32,4%), dan yang mengalami ISPA jarang sebanyak 32 bayi (20,8%).
Hasil Uji hubungan antara pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian infeksi saluran pernapasan akut pada bayi 0-12 bulan dengan menggunakan uji Chi-Square Test menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian infeksi saluran pernapasan akut pada bayi 0-12 bulan p = 0,000 (p < 0,05). (Lihat Tabel 2)
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada bayi 0-12 bulan di posyandu Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal, dapat diketahui dari 154 responden bayi menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif mengalami ISPA sering sebanyak 16 bayi (10,4%), sedangkan bayi yang mengalami ISPA jarang sebanyak 56 bayi (36,4%). Dan bayi yang diberi ASI non eksklusif yang mengalami ISPA sering sebanyak 50 bayi (32,4%), dan yang mengalami ISPA jarang sebanyak 32 bayi (20,8%). Sedangkan hasil penelitian Abdullah (2003) menunjukkan bahwa dari 328 responden bayi menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif mengalami ISPA sering sebanyak 28 bayi, sedangkan bayi yang mengalami ISPA jarang sebanyak 76 bayi. Dan bayi yang diberi ASI non eksklusif yang mengalami ISPA sering sebanyak 236 bayi, dan yang mengalami ISPA jarang sebanyak 88 bayi.
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa pada bayi yang diberi ASI eksklusif ternyata didapatkan pula bayi yang sering menderita ISPA. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor. Misalnya adalah vitamin A, orang tua yang merokok dan status sosial ekonomi keluarga. Disamping diberikan ASI yang memang mengandung vitamin A, harus dilakukan pula perbaikan terhadap defisiensi vitamin A untuk mencegah ISPA pada bayi. Orang tua yang merokok juga mampu memengaruhi kerentanan kejadian ISPA pada bayi. Begitu juga dengan status ekonomi keluarga. Anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah mempunyai resiko lebih besar mengalami ISPA, karena meskipun diberikan secara eksklusif, namun kandungan ASI yang diberikan kepada bayi kurang memenuhi syarat dikarenakan asupan nutrisi ibu yang kurang pula sehingga imunitas yang terkandung di dalam ASI kurang optimal. Demikian juga sebaliknya bahwa pada bayi yang diberi ASI non eksklusif didapatkan bayi yang jarang menderita ISPA. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor. Misalnya adalah lingkungan yang ditempati oleh bayi yang bersangkutan hanya ada sedikit polusi udara, gaya hidup orang tua yang sehat dengan tidak merokok, pemenuhan gizi yang cukup dalam keluarga, dan imunitas pada bayi itu sendiri (Wantania, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada bayi 0-12 bulan di posyandu Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal, terdapat hubungan di mana lebih tinggi kejadian ISPA pada bayi yang diberikan ASI non eksklusif dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI eksklusif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Abdullah (2003) di Kota Palu ibu kota propinsi Sulawesi Tengah.
Menurut Hendarto dan Pringgadini (2009) tumbuh kembang dan daya tahan tubuh bayi lebih baik jika mengonsumsi ASI. Vitamin A dan zinc, yang ada pada kolostrum ASI berfungsi untuk kekebalan tubuh bayi. ASI tidak hanya mengandung vitamin A dalam jumlah tinggi, namun juga bahan bakunya yaitu beta karoten. Hal ini salah satu yang menerangkan tumbuh kembang dan daya tahan tubuh bayi lebih baik jika mengonsumsi ASI. Mineral zinc dalam ASI dibutuhkan oleh bayi karena merupakan mineral yang banyak membantu berbagai proses metabolisme di dalam tubuh. Kandungan zinc di dalam tubuh yang rendah akan menyebabkan sistem imun tubuh terganggu sehingga tubuh tidak bisa mengenali dan memerangi penyakit infeksi tertentu (Depkes RI, 2001; Tatar, 2008). Sedangkan Bronchus-Associated Lymphocyte Tissue (BALT) merupakan antibodi saluran pernapasan, dan IgA sekretori di dalam ASI merupakan antibakterial dan antivirus terhadap bakteri maupun virus yang dapat menginfeksi saluran pernapasan. Imunoglobulin A (IgA) dalam kolostrum pada ASI kadarnya cukup tinggi. SIgA dapat mengaktifkan sistem komplemen melalui jalan alternatif dan bersama-sama dengan makrofag dapat memfagositosis berbagai kuman. Dengan rangsangan yang spesifik akan terbentuk antibodi yang spesifik terhadap Streptococcus pneumonia, Stafilokokkus, Hemofilus influenza dan berbagai eksotoksin lainnya. IgA sekretori tidak hanya sebagai antibakterial, tetapi juga merupakan antivirus terhadap virus influenza dan Respiratory Syncytial Virus (RSV) (Depkes RI, 2001; Soetjiningsih, 1997). Pertumbuhan virus parotitis, influenza, vaksinia, rotavirus, dan virus ensefalitis japanese B juga dihambat dengan bahan-bahan yang ada dalam ASI (Behrman, 2000).
Simpulan
- Terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian ISPA pada bayi usia 0-12 bulan.
- Bayi yang diberi ASI eksklusif mengalami ISPA sering sebanyak 16 bayi (10,4%), sedangkan bayi yang mengalami ISPA jarang sebanyak 56 bayi (36,4%).
- Bayi yang diberi ASI non eksklusif mengalami ISPA sering sebanyak 50 bayi (32,4%), sedangkan yang mengalami ISPA jarang sebanyak 32 bayi (20,8%).
Saran
- Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu masukan atau informasi dalam meningkatkan program pemberian ASI eksklusif untuk menurunkan kejadian ISPA di Kota Tegal, maupun di wilayah lain.
- Perlunya peningkatan publikasi program Peningkatan Penggunaan ASI (PP-ASI) secara eksklusif kepada masyarakat terutama ibu-ibu tentang manfaat pemberian ASI eksklusif kepada bayi untuk mencegah kejadian ISPA, sekaligus guna mencapai target yang ditetapkan Dinkes Povinsi Jawa Tengah, yaitu pencapaian ASI Eksklusif di Kota Tegal sebesar 80 % pada tahun 2010.
- Perlu dilakukan studi lanjutan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian ISPA dengan menggunakan rancangan penelitian cohort.
Daftar Pustaka
Abdullah. 2003. Pengaruh Pemberian ASI Terhadap Kasus ISPA pada Bayi Umur 0 – 4 Bulan. Perpustakaan Universitas Indonesia. http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=77715. Dikutip tgl 06.05.2009
Baratawidjaja, K. G., 2004. Antigen dan Antibodi. Imunologi Dasar Edisi Keenam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Behrman, K. & Arvin, N., 2000. Pemberian Makan Bayi dan Anak. Ilmu Kesehatan Anak, Vol.1, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 192
Dahlan, M. S., 2006. Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan. PT. Arkans. Jakarta.
Dahlan, M. S., 2006. Besar Sampel Dalam Penelitia Kedokteran dan Kesehatan. PT. Arkans. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2001. Keunggulan ASI dan Manfaat Menyusui, http://www.gizi.net/asi/down-load/-KEUNGGULAN-%20ASI%20DAN%20MANFAAT%20MENYUSUI.doc. Dikutip tgl 06.05.2009
Departemen Kesehatan RI, 2005. Kebijakan Departemen Kesehatan Tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Pekerja Wanita. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2006. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Semarang.
Handayani, D. S. 2007. Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik Ibu di Puskesmas Sukawarna Kota Bandung. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
Hendarto, A. & Pringgadini, K., 2009. Nilai Nutrisi Air Susu Ibu. Ikatan Dokter Anak Indonesia. http://www.idai.or.id/asi.asp Dikutip tgl 13.10.2009
Ilmu Kesehatan Anak, 2000. Pengaturan Makan Untuk Bayi dan Anak Sehat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 320
Indriasari, L. 2007. Imunisasi Versus Penyakit. Kompas Cyber Media. http://202.146.5.33/ver1/Keluarga/0701/28/161134.htm Dikutip 09.11.2009
John, T. J., Cherian, T., Steinhoff, M. C., Simoes, E. A. F., and John, M., 1991. Etiology of Acute Respiratory Infections in Children in Tropical Southern India. Reviews of Infectious Diseases, Vol. 13, Supplement 6. Bellagio Conference on the Pathogenesis and Prevention of Pneumonia in Children in Developing Regions. The University of Chicago Press.
Lisal, J. S., 2009. ASI dan Susu Buatan. Sub Bagian Nutrisi dan Penyakit Metabolik. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin, Makassar.
Maharani. 2008. ASI Berkah Tuhan Untuk Manusia. http://dr-anak.com/asi-berkah-tuhan-untuk-manusia.html Dikutip tgl 14.10.2009
Manajemen Gizi Buruk, 2005. Pelatihan TOT Fasilitator PKD Bagi Fasilitator Gizi Kabupaten.
Markum, A.H., 1999, Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Bagian Ilmu Kesehatan Anak.  Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Matondang, C.S., Munasir, Z., Sumadiono. 2008. Aspek Imunologi Air Susu Ibu. Buku Ajar Alergi Imunologi Anak Edisi Kedua. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
Nindya, T. S. & Sulistyorini, L., 2005. Hubungan Sanitasi Rumah Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Anak Balita. Universitas Airlangga. http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-05.pdf Dikutip tgl 26.10.2009
Nurbiajanti, S. 2009. Buruh Didominasi Perempuan di Kota Tegal. http://www.kompas.com/read/xml/2009/05/26/20503396/buruh.didominasi.perempuan.di.tegal Dikutip tgl 10.11.2009
Pardede, L. V. 2008. Breastfeeding and Food Security. WABA Activity Sheet 10. http://www.gizi.net/makalah/ASI%20dan%20Ketahanan%20Pangan1.pdf Dikutip tgl 20.10.2009
Pemerintah Kota Tegal, 2009. Kecamatan Tegal Timur. http://www.tegalkota.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=45:kecamatan-tegal-timur&catid=28:kecamatan Dikutip tgl 09.11.2009
Purnomo, W. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Ibu Dengan Upaya Pencegahan ISPA Pada Balita di Puskesmas Ngoresan Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Sastroasmoro, S. dan Sofyan I., 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-2. Sagung Seto. Jakarta.
Sidi, I.P.S., Suradi, R., Masoara, S., Boedihardjo, S.D, Marmoto, W., 2004, Manfaat dan Keunggulan ASI. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi, cetakan ke 2, Perkumpulan Perinatologi Indonesia, Jakarta, 11.
Soetjiningsih, 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Suhandayani, I. 2007. Faktor – faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Puskesmas Pati I Kabupaten Pati Tahun 2006. Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang, Semarang
Suharyono, 2001. Diare Akut, Klinik dan Laboratorik. PT Rineka Cipta, Jakarta, 38
Suradi, R. 2008. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta, 385
Tatar, E. 2008. Manfaat Zink Untuk Kesehatan Si Kecil. http://my.opera.com/tarndang/blog/index.dml/tag/manfaat%20zinc dikutip tgl 21.10.2009
Wahyono, D., Hapsari, I., Astuti, I. W. B., 2008. Pola Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Anak Usia Bawah Lima Tahun (Balita) Rawat Jalan di Puskesmas I Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara Tahun 2004. Majalah Farmasi Indonesia 19 (1).
Wantania, J.M., Naning, R., Wahani, A. 2008. Infeksi Respiratori Akut. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
WHO. 2003. Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Yamin, A., Raini D. S.,Wida, S., 2007. Kebiasaan Ibu Dalam Pencegahan Primer Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) Pada Balita Keluarga Non Gakin Di Desa Nanjung Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Nanjung Mekar Kabupaten Bandung. Universitas Padjajaran. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/07/kebiasaan_ibu.pdf. dikutip tgl 13.10.2009
























Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian di lapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten Indramayu adalah 9,8 %). Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini berarti setiap tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta. Penderita yang dilaporkan baik dari rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya berjumlah 98.271. Diperkirakan bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan. (Rosmaliah, 2008. Paragraph 2)

http://ebdosama.blogspot.com/2009/03/ispa-infeksi-saluran-pernapasan-atas.html












Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

- Copyright © Life is Unique -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -